“Diprediksikan pertambahan ODHA tahun ini akan lebih tinggi dibanding sebelumnya, “ujar Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (dinkes) Kabupaten Trenggalek Suparman kepada wartawan.
Data yang dimiliki Dinkes Trenggalek, sejak tahun 2004 hingga sekarang, ditemukan lebih dari seratus orang teridap HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut, dua di antaranya meninggal dunia. Sebagian besar penderita, kata Suparman, baru teridentifikasi setelah infeksinya sudah parah. Bahkan beberapa di antaranya sudah menular ke orang terdekat dalam lingkunganya.Dicontohkan, salah satu ODHA yang belum lama ini teridentifikasi. Adanya gejala HIV/AIDS mendorong petugas kesehatan Trenggalek memberikan rujukan ke klinik VCT RSUD dr Iskak Tulungagung. Hasilnya, yang bersangkutan memiliki latar belakang suka berganti pasangan sehingga positif HIV/AIDS.
“Dan karena kondisinya yang teramat parah, medis tidak mampu menolong secara maksimal,“ terangnya.
Sebagai tindak lanjut dari fenomena yang ada, Dinkes melakukan pantau khusus ke lingkungan rumah tahanan dan komunitas transgender/waria. Selain lokalisasi, dua kelompok sosial ini dianggap memiliki risiko tinggi (risti) penyebaran HIV/AIDS.
“Kita datangi secara persuasif, yakni metode jemput bola. Di sana kita juga meminta kepada yang bersangkutan untuk melakukan tes di klinik VCT jika memang mengalami gejala seperti infeksi HIV/AIDS. Sebab sebelumnya juga pernah diketahui penghuni rutan positif HIV/AIDS, “paparnya.
Untuk memperkecil penyebaran HIV/AIDS, Dinkes juga mengimbau kepada para pekerja buruh migran (TKI/TKW) serta pekerja urban (kerja di luar kota dan pulau) untuk sering-sering memeriksakan diri ke klinik VCT.
“Sebab, dua kelompok ini juga termasuk berisiko tinggi. Apalagi yang memiliki riwayat suka berganti pasangan dan memakai narkoba,“ pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar